Seperti yang bisa dilihat oleh pengunjung platform ini, kami menamainya simpang.id sebagai kependekan dari platform Sistem Pangan. Ada berbagai alasan yang mengarahkan kami membentuk sebuah platform yang diharapkan dapat menjadi sebuah sistem kecil yang dapat mendorong perubahan pada sistem besar tempat ia berada, seperti yang bisa dibaca di bawah ini.
Apa itu sistem?
Kita mulai dengan membahas apa sebenarnya yang biasa kita sebut sebagai sebuah sistem. Sistem tentu merupakan kata yang jamak ditemui dalam percakapan sehari-hari, namun belum tentu kita paham betul apa sih yang dapat kita kategorikan sebagai sebuah sistem, apa yang tidak bisa dimasukkan dalam definisi sebuah sistem, dan–yang terpenting–bagaimana suatu sistem memiliki sifat-sifat uniknya yang perlu diperhatikan.
Umumnya, kita melihat sebuah sistem sebagai kumpulan berbagai macam elemen. Ini tentu merupakah arah pembicaraan yang tepat, namun kurang memerhatikan beberapa hal lain yang membuat sebuah sistem. Selain merupakan kumpulan elemen-elemen tertentu, sebuah sistem mengharuskan adanya saling keterikatan antar elemen-elemen tersebut. Elemen-elemen yang memiliki keterikatan ini kemudian bersama-sama membentuk suatu fungsi atau tujuan tertentu. Itulah ketiga unsur utama sebuah sistem: elemen, saling keterikatan, dan fungsinya.1
Mari kita ambil contoh sebuah sistem yang dekat dengan masyarakat Kota Bandung. Belum lama ini, Kota Bandung tengah berpesta untuk merayakan tercapainya Juara Liga 1 oleh tim sepakbola kebanggaan Persib Bandung. Sebuah klub sepakbola merupakan sebuah sistem; ia memiliki elemen-elemennya: pemain, pelatih, lapangan, suporter. Di antara elemen-elemen tersebut, terdapat saling keterikatan yang biasa dilihat melalui aturan-aturan yang mendasari hubungan antar elemen: pelatih memiliki strategi yang harus dijalankan oleh pemain-pemain di lapangan, proses komunikai antar pemain di lapangan, termasuk juga hukum fisika yang mengatur pergerakan bola di lapangan. Elemen-elemen dan keterikatan di antaranya inilah yang akan membentuk sebuah fungsi klub sepakbola kecintaan warga Bandung untuk dapat terus memenangi laga, dan pada akhirnya menjadi juara dalam sebuah musim liga nasional.

Jangan lupakan juga, klub sebagai sebuah sistem dapat terbentuk dari beberapa sistem yang lebih kecil darinya. Sebuah klub sepakbola tentu terbentuk dari sistem suporter yang, selain mendukung tim berlaga di lapangan melalui yel-yel dan nyanyian lantang di tribun, juga melalui dukungan di luar lapangan seperti pembelian merchandise, tuntutan-tuntutan pada manajemen untuk selalu memperbaiki kinerja tim, dan hal-hal lain yang mendukung sebuah klub sepakbola sebagaimana fungsi suporter pada umumnya. Klu sebagai sebuah sistem juga merupakan sistem kecil yang menjadi bagian sistem yang lebih besar. Ia berada dalam sistem Liga 1 dengan keterikatan kompetisi dengan klub-klub lain. Ia juga merupakan bagian dalam sistem sosioekonomi Kota Bandung, yang dampaknya sebegitu riuh dirayakan di jalanan kota–dengan efek yang dijamin signifikan mendongkrak aktfitas sosial dan ekonomi masyarakat Kota Bandung secara keseluruhan.
Apa itu sistem pangan?

Seperti halnya sebuah klub berisi interaksi antar elemen yang akan membawanya pada juara liga, proses makanan yang aman dan bergizi sampai ke meja penyantapnya–tentu harus sesuai seleranya secara rasa, nilai, dan kualitas–memerlukan berbagai macam elemen pendukung yang saling berikatan, membentuk sebuah sistem pangan yang utuh2.
Pada umumnya, sistem pangan dilihat melalui proses produksi, pengepakan dan pemrosesan, distribusi, retail dan pemasaran, hingga konsumsi bahan pangan, serta pengolahan limbah yang terbentuk dalam setiap tahapannya3.
Tidak hanya sampai di tataran teknis produksi hingga konsumsi pangan, sistem pangan juga mencakup konteks lingkungan, sosioekonomi, dan kerangka kerja politik dan institusi di dalamnya4. Lingkungan tentu merupakan konteks yang sangat penting untuk sistem pangan. Produksi bahan pangan bergantung pada ketersediaan kondisi lingkungan yang sesuai, seperti lahan yang subur, kondisi cuaca yang mendukung, serta sumber air yang mencukupi. Tentu tidak mengejutkan bahwa ketergantungan pada lingkungan dapat dilihat melalui dampak besar cuaca ekstrem pada ketersediaan pangan, terutama kekeringan berkepanjangan5. Tidak hanya pada proses produksi bahan pangan yang berasal dari tumbuhan seperti buah dan sayur, cuaca ekstrem juga dapat menyebabkan gangguan pada proses produksi bahan pangan hewani, mengingat sumber nutrisi ternak juga berasal dari tanaman yang bergantung pada kondisi iklim dan cuaca.
Di sisi lain, konteks sosioekonomi juga berperan besar pada keberjalanan sistem pangan, umumnya melalui motivasi finansial pelaku sistem pangan dalam mengambil keputusan5. Salah satu contoh insentif finansial yang menghasilkan dampak tidak sesuai dengan tujuan awalnya adalah subsidi pupuk di Indonesia.

Dari tahun ke tahun, program tersebut memerlukan anggaran yang tidak sedikit, berkembang dari Rp2,5 triliun di tahun 2005 hingga mencapai Rp25,5 triliun di tahun 2021. Kendati demikian, program ini dirasa tidak memiliki dampak efektif dalam meningkatkan produktivitas pertanian di Indonesia6. Hal ini diakibatkan oleh insentif di sisi petani untuk bergantung pada pupuk subsidi yang terjangkau sehingga meninggalkan solusi-solusi alternatif yang tidak mendapatkan dukungan setara dengan program pupuk subsidi7. Contoh ini juga berhubungan langsung dengan konteks politik dan institusi, di mana mereka dibutuhkan untuk mendorong dan membentuk program-program kebijakan yang dapat menunjang sistem pangan memenuhi tujuan utamanya: menyediakan pangan yang sehat, bernutrisi, dan terjangkau.
Bagaimana cara kita melihat sistem pangan di Kota Bandung?
Lantas proses kita berikutnya adalah mengetahui bagaimana sistem pangan di Kota Bandung bekerja. Untuk memahami sebuah sistem, kita dapat melihat dan mengamati tujuan yang harus dipenuhi olehnya. Dalam sistem pangan, keamanan pangan bagi masyarakat yang ada di dalamnya tentu menjadi tujuan utamanya. Indikator yang dapat diamati untuk menilai kelestarian sebuah sistem pangan dalam memberikan akses pangan bagi masyarakat dapat dibagi menjadi beberapa subsistem, yaitu: Produksi, Pengolahani, Distribusi, Konsumsi, dan Pengelolaan Sampah Makanan8. Indikator-indikator tersebut dapat dilihat pada laman Indikator.

Selain indikator-indikator yang telah ditampilkan dalam platform ini sebagai turunan dari fungsi utama sistem pangan dalam menjaga keamanan pangan masyarakat, kita perlu terus membuka mata dan pikiran dalam mengamati bagaimana sistem pangan Bandung bekerja. Hal ini disebabkan oleh kompleksitas sebuah sistem yang begitu besar, dengan banyak kepentingan dan saling keterikatan di dalamnya, dus, membutuhkan kreativitas dan cara pandang menyeluruh. Dalam contoh program subsidi pupuk yang disebutkan sebelumnya, meskipun program kebijakan dibawa dengan misi yang mulia, tidak serta merta memberikan dampak yang selalu sesuai dengan yang diinginkan–terutama jika tidak mengindahkan beragam kepentingan elemen suatu sistem beserta dengan saling keterikatan diantaranya.
Apa yang dapat kita lakukan sebagai individu untuk sistem pangan Kota Bandung?

Layaknya Persib Bandung sebagai sebuah sistem klub sepakbola elit dengan masyarakat Bandung sebagai bagian dari sistem tersebut, sistem pangan pun juga membutuhkan kita sebagai elemen individu di dalamnya untuk ikut andil dalam perjalanannya menjadi juara. Tentu akan ada banyak pertanyaan seperti “apalah arti perubahan yang dilakukan perseorangan menghadapi arus sebuah sistem?”. Toh dalam teorinya, perubahan dalam tataran elemen/individu memang jarang bisa mengubah arah dan tujuan sistem secara keseluruhan .
Tentu ini bukan tanpa tapi. Perubahan di level individu tetap bisa berdampak sistemik, selama perubahan tersebut diarahkan untuk juga mengubah pola hubungan antar individu dan/atau tujuan besar dari sistem tersebut. Maka, perubahan perilaku warga Bandung terkait sistem pangan, baik kecil maupun besar, selama diarahkan untuk mengubah cara kita memandang hubungan kita dengan pangan, pasti akan memiliki dampak luar biasa demi kelestarian sistem pangan kita. Pun demikian dengan simpang.id, platform ini dibuat dengan harapan mampu menjadi pemantik perubahan-perubahan di kalangan individu yang tergabung dalam sistem pangan Kota Bandung. Dan selayaknya kota ini dikenang sebagai kota dengan sebuah sistem klub sepakbola elit bernama Persib Bandung, ia juga sepantasnya memiliki sebuah sistem pangan juara.
Referensi:
- Meadows, D. H. (2008). Thinking in systems: A primer. Chelsea Green Publishing. ↩︎
- Cuevas, R. (2004). Food engineering, quality and competitiveness in small food industry systems with emphasis on Latin America and the Caribbean (Vol. 156). Food & Agriculture Org. ↩︎
- Davis, K. F., Downs, S., & Gephart, J. A. (2021). Towards food supply chain resilience to environmental shocks. Nature Food, 2(1), 54-65. ↩︎
- https://foodsystemhorizons.org/approach/what-is-a-food-system/ ↩︎
- Cottrell, R. S., Nash, K. L., Halpern, B. S., Remenyi, T. A., Corney, S. P., Fleming, A., … & Blanchard, J. L. (2019). Food production shocks across land and sea. Nature Sustainability, 2(2), 130-137. ↩︎
- https://www.iseas.edu.sg/articles-commentaries/iseas-perspective/2023-15-towards-more-sustainable-agro-food-systems-in-indonesia-by-maria-monica-wihardja-bustanul-arifin-and-mukhammad-faisol-amir/ ↩︎
- Alta, A., Setiawan, I., & Fauzi, A. N. (2021). Beyond Fertilizer and Seed Subsidies: Rethinking Support to Incentivize Productivity and Drive Competition in Agricultural Input Markets (No. 43). Policy Paper. ↩︎
- Carey, J., & Dubbeling, M. (2017). City region food system indicator framework. RUAF Foundation. ↩︎