Di tengah inovasi dan kreativitas kuliner orang muda, tantangan serius menyelimuti sistem pangan Kota Bandung. Laporan dari Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian Kota Bandung menunjukkan bahwa 96% bahan pangan Bandung masih diimpor dari luar kota –yang berarti sebagian besar tren dan inovasi makanan membawa jejak karbon dari jarak ratusan kilometer. Menurut Organisasi Pangan dan Pertanian PBB, aktivitas pangan dan pertanian menyumbang 60-80% dari produksi gas rumah kaca secara langsung maupun tidak. Selain itu, aktivitas penduduk perkotaan bertanggung jawab atas 70% konsumsi pangan dan produksi emisi gas rumah kaca.
Pertanian perkotaan yang terus digalakkan oleh pemerintah Kota Bandung dengan program Buruan SAE belum memenuhi harapan untuk mencukupi kebutuhan pangan. Petani kota semakin terdesak dengan lahan pertanian yang semakin terhimpit dan tergerus oleh laju urbanisasi serta sulitnya akses ke dalam rantai pasok pangan.
Proses distribusi dan pola konsumsi pangan pun menjadi tantangan. Kota Bandung yang memiliki jaringan dan infrastruktur distribusi yang besar masih memiliki kendala efisiensi yang menyebabkan panjangnya rantai pasok pangan. Pemborosan dan sampah pangan pun melimpah. Sekitar 60% sampah kota berasal dari rumah tangga—dan hampir setengahnya adalah sampah organik. Tingginya sampah organik berdampak langsung dengan produksi gas rumah kaca yang menjadi penyebab utama perubahan iklim.
Sebagai konsumen, pilihan makanan juga berpengaruh terhadap jejak karbon yang dihasilkan oleh penduduk perkotaan. Pola makan tinggi makanan olahan (ultra processed food) meningkatkan jejak karbon. Mengutamakan pola makan produk makanan segar dan lokal bisa menjadi kontribusi kita untuk mendukung konsumsi rendah karbon.
Sebagai kota besar dengan beragam inovasi, Bandung membutuhkan transformasi sistem pangan menuju sistem yang berkelanjutan, mandiri, dan tahan iklim. Investasi pada pertanian kota, distribusi pangan rantai pendek, edukasi gizi dan konsumsi, serta pengelolaan sampah yang cerdas bukan hanya soal piring kita sendiri, tapi juga untuk masa depan bumi.