Bandung, 26 Juni 2025 – Dalam rangka memperkuat sistem pangan yang adil dan berkelanjutan di Kota Bandung, Sinergantara bersama Konsorsium Urban Futures menggelar Forum Multipihak Sistem Pangan Kota Bandung bertajuk “Membangun Sistem Pangan Transformatif” pada Kamis, 26 Juni 2025, di Bandung. Forum ini menjadi bagian dari proses penyusunan kebijakan publik yang kolaboratif dan inklusif antara pemerintah Kota Bandung dengan organisasi masyarakat sipil.
Sejak 2023, Urban Futures aktif memfasilitasi ruang dialog antara pemerintah, akademisi, organisasi masyarakat sipil, dan komunitas anak muda untuk mendorong lahirnya kebijakan sistem pangan yang tangguh dan berkeadilan. Forum ketiga ini difokuskan untuk menyampaikan hasil penyusunan draf kebijakan sistem pangan Kota Bandung serta membangun komitmen bersama untuk langkah-langkah strategis ke depan.
“Melalui Forum Multi Pihak Sistem Pangan Bandung, kami berharap kerja kolaboratif yang terbentuk di tiap Working Group baik Kebijakan, Ketahanan, Platform Digital, hingga Kafe Lestari mampu melahirkan aksi nyata dan berkelanjutan dalam mewujudkan sistem pangan kota yang resilien dan inklusif” ujar Muhammad Hariyadi Setiawan, Direktur Eksekutif Sinergantara.
Kota Bandung menghadapi berbagai tantangan serius dalam sistem pangannya. Berdasarkan laporan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (DKPP) Kota Bandung, lebih dari 90% kebutuhan pangan kota ini dipasok dari luar wilayah, menjadikan Bandung sangat bergantung pada daerah lain seperti Garut, Cianjur, dan Lembang. Sementara itu, menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) dan DKPP Kota Bandung, luas lahan pertanian produktif di Kota Bandung terus menyusut, dari sekitar 2.104 hektare pada tahun 2003 menjadi 702 hektare pada tahun 2024. Tekanan alih fungsi lahan menjadi permukiman dan komersial memperparah kondisi ini.
Di sisi lain, Kota Bandung juga menghadapi krisis limbah makanan. Data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bandung menunjukkan bahwa sekitar 44–45% dari total timbunan sampah harian kota adalah limbah organik sisa makanan, atau setara dengan 667 ton per hari. Kondisi ini menunjukkan lemahnya kesadaran masyarakat akan konsumsi pangan berkelanjutan serta tidak optimalnya sistem distribusi dan manajemen pangan. Melalui forum ini, kami hadir untuk memetakan tantangan pangan Kota Bandung dan memulai langkah kolektif menuju perubahan.
Forum ini dibuka dengan sambutan dari Muhammad Hariyadi Setiawan, dilanjutkan pemaparan materi dari Rahmad Effendi, Manajer Riset Konsorsium PUPA Urban Futures dan Priyanka Puteri Ariffia, anggota Tim Optimasi dan Pengembangan Kebijakan Bandung Utama Program Walikota Bandung.

Peserta dibagi dalam empat kelompok diskusi tematik: Produksi, Distribusi dan Pengolahan, Konsumsi, serta Limbah. Diskusi kelompok difasilitasi oleh Mentari, Anggi, Yobel, dan Rahmad. Para peserta forum merupakan anak muda dari berbagai organisasi masyarakat sipil, komunitas urban farming, serta pegiat isu lingkungan dan pangan.
Sebagai bagian dari konsorsium Urban Futures, Sinergantara mendorong lahirnya kebijakan sistem pangan yang berpijak pada kebutuhan masyarakat lokal dan menjawab tantangan perubahan iklim. Diskusi ini akan menjadi ruang untuk menyepakati langkah-langkah strategis lanjutan.
“Kami mendorong penguatan ketahanan pangan Bandung lewat enam agenda strategis, mulai dari optimalisasi urban farming, sistem informasi harga, kontrak farming lintas wilayah, hingga regenerasi petani muda. Fokus kami adalah menciptakan nilai ekonomi bagi warga, menjaga pasokan, dan membangun rantai pangan yang efisien dan berkelanjutan.” ujar Priyanka Puteri Ariffia, anggota Tim Optimasi dan Pengembangan Kebijakan Bandung Utama Program Walikota Bandung.
Forum ini juga menjadi respons atas urgensi kebijakan pangan yang transformatif, terlebih di tengah tantangan urbanisasi, degradasi lingkungan, dan ketimpangan sosial yang terus membesar di perkotaan seperti Bandung.